Jumat, 02 Desember 2016

Belajar jadi pendidik yang ikhlas

Hidup mapan, sukses dan berkeluarga pasti diinginkan semua orang. Seperti halnya saya resign karena ada sesuatu hal yang berlawanan dengan prinsip saya, dan saya harus  menginjakkan kaki dijogja untuk semua hal diatas. Belajar dan belajar sangatlah hal yang harus dinimati. Tapi dari sini saya banyak belajar tentang hal terkait profesi saya dahulu yakni sebagai seorang pendidik, karena saya melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi tujuannya adalah menjadi seorang pendidik yang lebih baik, bukan karena saya tidak puas dengan ilmu sastra satu saya dulu namun terlepas itu saya ingin menggali semua ilmu dari sudut lini manapun, bergaul dengan siapapun untuk mendapatkan sebuah gagasan dari berbagai ilmu yang mungkin kelak bisa saya gunakan untuk masa depan keluarga sendiri ataupun masyarakat.
Menjadi seorang pendidik hal yang sangat berat karena beban moral, jika pemerintah selalu menuntut lebih dari kemampuan seorang pendidik, dengan peraturan pendidikan yang selalu berubah-ubah dan guru dituntut untuk cepat beradaptasi dengan peraturan pemerintah. Saya disini belajar tentang hal itu semua, bagaimana menjadi seorang guru yang inspiratif bukan superior atau medioker yang pernah saya alami sebelum berada disini.
Saat ini saya ingin mengubah cara pandang saya terhadap dunia pendidikan, khususnya yang terjadi dulu pada saya. Mungkin menerapkan ilmu yang sudah saya dapatkan di jogja tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi saya akan mencoba hal itu. Dari sini saya sadar begitu kecilnya ilmu yang saya miliki, malu sekali ketika tidak mampu mengubah gaya pendidikan yang pernah saya alami dulu. Bukan maksud saya menjadi pahlawan kesiangan atau bagaimana, terlepas dari hal itu ada sebuah pertanyaan dari dalam diri saya :
Pendidikan yang demokrasi itu seperti apa?
Apa yang harus dimiliki anak didik ketika lulus sekolah ?
Bagaiaman cara menanamkan karakter kepada anak didik ?
Itu hanya sedikit pertanyaan yang masih saya pikirkan sampai saat ini. Bukahkah itu semua yang diinginkan pemerintah saat ini , tapi bagaimana implementasinya dalam dunia pendidikan kita saat ini?
Pernahkah kita menganggap anak didik kita adalah seperti anak kita sendiri?
yang harus kita jaga, rawat dan beri perhatian lebih serta mendidiknya agar cerdas, mempunyai etika dan sopan santun?
Hal yang sangat mudah ketika kita bekerja pada posisi yang pas atau nyaman, saya ibaratkan sebuah pabrik yang mengelola emas, apapun hasil pekerjanya pasti akan tetap menghasilkan sebuah emas entah apapun bentuknya nama nya tetap emas. Tapi bayangkan jika yang dikelola adalah sebuah barang bekas atau rongsokan, jika pekerjanya mampu mengolah dengan baik maka akan menghasilkan sesuatu yang luarbiasa tapi jika tidak bisa yang hanya akan menghasilkan sebuah barang bekas/rongsokan dengan nilai jual rendah.
Di sini saya bisa memahami bagaimana saya harus menjadi seorang pendidik yang mampu mengolah sebuah sesuatu menjadi yang lebih berharga. Memberikan nilai tinggi bukan jadi jaminan untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak dan menjadi sukses serta nilai rendah bukan jaminan bakal susah mencari kerja, tentu semua anak didik menginginkan nilai tinggi dan mendapatan sebuah pekerjaan yang baik. Tapi perlu diketahui bahwasanya semua itu butuh proses dan strategi bagaimana menjadikan anak didik menjadi sesuatu hal yang bernilai lebih, itu semua adalah tugas seorang “Guru” menjadikan anak pintar dan beretika sesuai dengan konteks peraturan  pemerintah. Tetapi apakah itu semua harus guru yang menjalankan? Tentu saja tidak, bantuan dari semua pihak sekolah, orang tua serta lingkungan sekitar, karena yang ada didunia ini hampir berefek domino.
Apakah demokrasi ketika ruang lingkup seorang guru dibatasi?
Serpeti yang pernah saya alami, demokrasi seorang guru dan siswa sangat tipis. Bahkan bisa dikatakan tidak kentara. Dengan tidak adanya demokrasi untuk berekpresi baik pendidik ataupun peserta didik, sudah bisa dipastikan kreativitas akan mati suri. Bukankah budaya pendidikan itu bisa kita bedakan menjadi; akademik, non akademik, kerjasama, sosial dan lain-lain. Manusia dilahirkan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan disitulah peran seorang guru membantu menemukan kelebihan anak didik. Seharusnya  sekolah bisa  memfasilitasi semua kegiatan tersebut. Setelah saya selesai belajar di jogja ini harus bisa merubah mindset dan birokrasi pendidikan yang dulu, ya walaupun sekali lagi saya katakan tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi harus saya coba dulu meski akan banyak hambatan.
                Beragam curhatan dari teman-teman saya, mengajar dengan gaya disiplin tidak bisa diterapkan, dengan model yang menarik sama juga tidak berdampak positif  lantas dengan strategi pembelajaran seperti apa menghadapai anak didik seperti ini. Bahkan solusi saya dulu buat mereka adalah yang penting kita hadir, mengajar dan dapat honor. Terkait anak pandai atau tidak itukan sudah digariskan oleh YME. Itulah yang terlitas dalam benak pikiran saya dulu sebelum ke kota istimewa dan saat ini saya sadar bukankah yang seharusnya peran seorang guru itu demonstrator, manajer, mediator, evaluator, penegak disiplin, petugas sosial, teladan, relationship, dan lain-lain. Apakah seorang guru perlu perhatian pemerintah terkait kesejahteraan? Mungkin sebagian sudah terjawab dengan tunjangan sertifikasi, tapi bagaimana yang belum mendapatkan tunjangan bahkan honor masih kurang dari lima ratus ribu rupiah perbulan. Terlepas dari itu semua, kita semua harus bekerja extra untuk mengembalikan semangat belajar anak didik dan teman-teman guru semua agar kita bisa mendidik dengan hati nurani serta ikhlas menerima seberapa besar gaji yang ada, karena sudah jadi keputusan kita semua untuk memilih profesi sebagai seorang guru. Jika tidak bisa menerima honor seperti itu lalu kenapa dulu harus kuliah masuk di fakultas pendidikan. Bukan salah siapa-siapa tapi bagaimana kita konsekuen dan konsisten dengan apa-apa yang telah kita pilih pada saat  itu. Dari sini kita semua belajar menjadi guru yang inspiratif dan menjadi guru sebagai contoh tauladan bagi anak didik kita semua.
                Kita sebagai seorang Guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Menurut pengertian ini berarti tujuan belajar dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai pengetahuan. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan peserta didik. Tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah memposisikan dirinya sebagai orang tua ke dua. Dimana ia harus menarik simpati dan menjadi idola para peserta didiknya. Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan adalah sebagai contoh yang baik dan suritauladan. Adapun yang diberikan atau disampaikan guru hendaklah dapat memotivasi hidupnya terutama dalam belajar. Bila seorang guru berlaku kurang menarik, maka kegagalan awal akan tertanam dalam diri siswa.
Berikut kalimat bijak untuk kita pahami dan renungkan bila baik maka perlu kita implementasikan dalam kegiatan sesuai dengan profesi kita semua :

“jangan banyak mencari banyak, carilah berkah. Banyak bisa didapat dengan hanya meminta. Tapi memberi akan mendatangkan berkah. KH. A. Mustofa Bisri”

“saya tidak mau pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Terkubur bersama tubuh saya ketika mati kelak. Bob sadino”

“Negeri ini butuh banyak pemuda pencari solusi, bukan pemuda pemaki-maki. Ridwan kamil”

“guru adalah seorang pejuang tulus tanpa tanda jasa mencerdaskan bangsa. Ki Hajar Dewantara”

“Be kind whenever possible it is always possible. Dalai Lama”

“dimanapun engkau berada selalulah menjadi yang terbaik dan berikan yang terbaik dari yang bisa kau berikan. B.J Habibie”

“ Jadi guru itu tidak usah punya niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar. Ikhlasnya jadi hilang. Yang penting niat menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik.. Masalah muridmu kelak jadi pintar atau tidak, serahkan pada Allah. Didoakan saja terus menerus agar muridnya mendapat hidayah- Kiai Hj. Maemun Zubair”


Guru hidup karena karya dan apapun yang bermanfaat untuk diri sendiri akan mati bersama kita, segala sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang kekal abadi. Nah sekarang harus ikhlas dan menikmati proses sebagai pendidik, semoga semua menjadi berkah. Allah SWT sudah mencatat niat baik kita.


Bhinneka Tunggal Ika harus dipertahankan

Jogja hampir setiap malam hujan, seketika tidak sengaja setelah pulang kuliah saya melihat acara Kabar Tokoh di televisi. Kali ini saya ingin membuat catatan mengenai ending dari obrolan tokoh di televisi tersebut yang menurut saya pribadi sangat bagus sekali. Kebetulan tokoh tersebut adalah ulama besar  Indonesia yakni Bapak Hasyim Muzadi, beliau diminta memberikan semacam tausiah kepada penonton guna membuat kita semua sadar bahwa negeri ini harus berbangga pada saat yang sama menghargai plurarisme, perbedaan pendapat tetapi berbasiskan hukum sebagai kebijakan.
“Yang penting kesadaran kita semua bangsa Indonesia bahwa kita harus memajukan, memelihara, dan membangun Indonesia. Karena disitu nasib kita, kalau keadaan Indonesia tidak bagus, maka golongan apapun yang ada di Indonesia nasibnya akan tidak bagus. Sehingga kalau disebut Indonesia mayoritas islam, juga islamnya akan bagus kalau Negaranya bagus. Oleh karenanya, jangan ada upaya-upaya untuk mempersulit Negara, karena upaya itu sama artinya dengan mempersulit diri sendiri, nah, bahwa disebuah Negara selalu terbentur dengan berbagai macam problema itu adalah kewajaran, tapi hendaknya menjadikan pemicu pematangan solusi terhadap semua problema-problema itu. Nah, selebihnya dari pada itu kita harus selalu sadar, bahwa yang benar-benar ingin Indonesia maju adalah orang Indonesia sendiri, orang lain mungkin menginginkan Indonesia dalam kepentingan mereka, tapi yang dalam kepentingan Indonesia adalah Indonesia sendiri, oleh karenanya maka Bhinneka Tunggal Ika harus dipertahankan, Bhinneka tidak sulit yang sulit adalah format Tunggal Ika nya dan format itu sudah jelas, yakni Pancasila dan UUD 45 dan komitmen kebangsaan masalahnya kita masih konsisten disitu apakah tidak.  Semoga Allah SWT melindungi kita sekalian sebagai bangsa yang alamnya makmur, seharusnya kita makmur seperti alam yang diberikan oleh Allah SWT. Ujar Bapak Hasyim Muzadi”


Jadi  kita sebagai bangsa Indonesia yang hidup di negeri yang sangat makmur dan kaya ini bisa bersatu untuk kepentingan bersama dalam rangka memajukan negera Indonesia serta NKRI harga mati bagi kita Bhinneka Tunggal Ika harus dijalankan sesuai dengan falsafah kita yakni Pancasila dan UUD 45 sebagai konstitusi Negara Indonesia.

PROSES ISLAMISASI DI JAWA SEJAK MASA PASCA KERUNTUHAN MAJAPAHIT

MAKALAH PROSES ISLAMISASI DI JAWA SEJAK MASA PASCA KERUNTUHAN MAJAPAHIT Mata Kuliah            : Konsep Teori dan Pemikiran...